Peringati Hari Santri Nasional, Unisma Gemakan Jihad Pengembangan Intelektualitas

Rektor Universitas Islam Malang (Unisma), Prof Maskuri menggemakan semangat jihad untuk pengembangan intelektualitas generasi bangsa Indonesia. Semangat itu digemakan dalam peringatan Hari Santri Nasional di kampus Unisma pada Minggu (22/10/2023).

Prof Maskuri menyampaikan bahwa sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia tak lepas dari peran serta dan semangat juang para kyai dan santri di pelosok tanah air.

Dalam mempertahankan kemerdekaan, pendiri NU, KH Hasyim Asyari pernah mengeluarkan fatwa fenomenal yakni jihat untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada 17 September 1945 setelah mendengar kolonial Belanda dan sekutu kembali merangsek ke Indonesia.

Bung Karno yang saat itu mendengar fatwa itu, mendatangi KH Hasyim Asyari dan kemudian mengeluarkan resolusi jihad fisabilillah pada 20 Oktober 1945. Resolusi itu tak hanya digemakan untuk masyarakat muslim, tapi juga untuk pejuang dan pemerintah Indonesia untuk bertempur mempertahankan kemerdekaan.

Puncaknya, pertempuran dasyat pecah pada 10 November 1945 di Surabaya. Pertempuran itu kini dikenang sebagai Hari Pahlawan. Pertempuran yang melibatkan berbagai latar belakang masyarakat itu tak lepas dari peran santri dan kyai yang dipelopori KH Hasyim Asyari melalui fatwa resolusi jihad fisabilillah.

“Sebagai umat yang beriman, menjaga sesuatu yang benar adalah sebuah keniscayaan. Menjunjung tinggi kemanusiaan dan mempertahankan kedaulatan menjadi keniscayaan. Itu dilakukan para kyai dan santri saat itu,” kata Maskuri.

Menurutnya, jejak perjuangan para kyai dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia memang tak banyak tercatat dalam dokumen sejarah maupun literatur sejarah nasional. Untuk itu, pihaknya mengajak civitas Unisma dan masyarakat muslim untuk meneladani semangat juang para kyai dan santri pendahulu.

Dia juga mengapresiasi pemerintah Indonesia yang telah menetapkan Hari Santri Nasional. Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional ini, dia menggemakan semangat jihad dalam berjuang mengembangkan intelektualitas dan berjuang menghasilkan karya besar di berbagai bidang.

“Ini dalam rangka mengembangkan spirit baru, spirit jihad pengembangan intelektualitas, spirit jihad untuk meningkatkan kualitas pendidikan, spirit juang demi kemajuan dan kejayaan bangsa,” tuturnya.

Dia juga berpesan agar para mahasiswa atau generasi muda untuk menanamkan moralitas, kesederhanaan dan semangat juang seperti yang dimiliki santri. Kemudian berjuang dalam menghasilkan karya besar yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.

Moralitas menurutnya juga telah terbukti menghasilkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Nilai moralitas telah disematkan pada sila pertama di Pancasila yang saat perumusannya berbunyi Menjalankan syariat agama Islam.

Kemudian KH Wahid Hasyim sebagai tokoh muslim yang saat itu menjadi salah satu bagian dari anggota BPUPKI mengusulkan agar sila tersebut diganti hingga akhirnya dirubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

“Tentu ini adalah etika, akhlak, dan ini moral untuk menjunjung tinggi kebhinnekaan dan keragaman,” tandasnya.

sumber : tugujatim