Universitas Islam Malang Lepas 99 Mahasiswa Inbound Program PMM Ketiga

Inbound program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ke-3, untuk semester ganjil di Universitas Islam Malang (Unisma) tahun 2023-2024 telah berakhir. Sebanyak 99 mahasiswa dari 44 perguruan tinggi se Indonesia, harus pulang per 31 Januari 2024 ini.

Untuk menandai ‘kelulusan’ itu, Unisma menggelar: “Apresiasi Budaya dan Lepas kenang”, peserta pertukaran mahasiswa inbound Kemendikbutristek, Kamis (25/1/2024).

Dalam penutupan ini, berbagai hal positif menjadi harapan Rektor Unisma, Prof Dr Maskuri MSi., serta para petinggi Unisma lainnya, untuk peserta PMM ini.

Wakil Rektor I Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi Mistar, M.Pd., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan rasa terima kasih, kepada semua pihak. Yang ikut berperan aktif demi kelancaran kegiatan ini.

“Alhamdulillah, semua mahasiswa peserta PMM yang berasal 44 perguruan tinggi di Indonesia, yang hadir pada 16 september 2023 lalu, semuanya sehat dan bisa mengikuti semua programnya.”

“Yang jelas semua kegiatan, baik perkuliahan akademik dengan jumlah total 16 sks dan 4 sks perkuliahan modul nusantara, sudah terlaksana dengan baik. Sesuai dengan kalender akademik yang ada di unisma.”

“Mudah-mudahan kenang-kenangan serta ilmu yang di dapat di kampus ini, bermanfaat bagi para peserta PMM. Jangan kapok dengan Unisma, ya,” ujar Prof. Junaidi di hadapan peserta PMM.

Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga berterima kasih kepada mahasiswa peserta. Yang sudah menyuguhkan tari-tarian khas daerah masing-masing. Hasil dari kolaborasi dengan mahasiswa Unisma.  

Salsa, salah satu peserta PMM dari NTT, mengaku kerasan berada di Malang. Sebagai mahasiswa non muslim, pihaknya bisa merasakan bagaimana toleransi yang sesungguhnya.

“Mewakili teman teman mahasiswa dari Indonesia Timur, saya ucapkan terima kasih kepada Unisma. Kampus ini memang hebat. Toleransinya benar-benar terbaik. Mereka tidak membeda-bedakan kami yang non muslim,” katanya.

Sementara Rektor Unisma, Prof Maskuri menyebut, Unisma adalah kampus Islam ahlus sunnah wal jama’ah. Tapi Unisma adalah kampus multikultural. Kampus yang tidak semata mata menampung umat muslim. Karena Unisma juga punya mahasiswa non muslim dari Jepang, Cina, Timor Leste dan lainnya.

“Karena dengan latarbelakang suku, agama, budaya dan bahasa itulah, yang bisa melestarikan keberagaman, menjadi sebuah kekuatan besar. Hingga jadi daya tarik bangsa lain terhadap Indonesia. Dengan beragam kultur budaya dan agama, namun tetap satu,” terangnya.

Dengan sikap toleransi di tengah perbedaan yang ada, tambah Rektor, mahasiswa diharapkan dapat meletakkan diri di tengah perbedaan budaya yang ada. Agar tidak menjadikan konfrontatif, melainkan justru saling menghargai.

“Apapun perbedaanya, ketika di Unisma kita wajib bersatu. Kita adalah indonesia. Kita adalah satu saudara di Unisma.”

“Anak-anakku semua, walupun kalian belajar di sini cuma sampai 30 Januari 2024, kami tetap menganggap kalian adalah bagian dari Unisma. Kami selalu terbuka bila anda ingin melanjutkan studi S2 atau S3. Insya Allah pintu kami akan selalu terbuka bagi kalian.”

“Anda adalah bagian dari Unisma. Alumni Unisma. Insya Allah pasti diprioritaskan dengan pembiayaan yang berbeda. Karena ini adalah komitmen kami, dalam menjaga kebersamaan dan persatuan. Dengan tidak melihat latar belakang agama suku dan ras,” urai Prof. Maskuri.

Selaku Rektor Unisma, Prof. Maskuri juga menyampaikan terima kasih. Sekaligus permohonan maaf, bisa diantara semua yang ada di Unisma, ada kekurangan serta kekeliruan kepada peserta PMM.

“Bawa yang baik-baik dari Unisma ini. Yang negatif dihilangkan saja. Tetapi saya yakin, Insya Allah, kalian pasti senang di Unisma. Yang didalamnya selalu ramah, kental dengan kekeluargaan dan saling hormat menghormati satu sama lain,” harap Prof. Maskuri kepada peserta PMM.

sumber : malang post