Mbalah Aswaja Unisma Bahas Radikalisme Liberalisme Bersama Ketua Lakpesdam PBNU

Universitas Islam Malang (Unisma) kembali menyelenggarakan ‘Mbalah Aswaja’ di Masjid Ainul Yaqin Unisma, pada Rabu (23/8/2023). Kali ini, kajian rutin itu mengusung tema ‘Keseimbangan Wahyu dan Akal Sebagai Langkah Menepis Radikalisme dan Liberalisme di Indonesia.

Diinisiasi Lembaga Pengkajian Islam dan Keaswajaan (LPIK) Unisma, Mbalah Aswaja turut menghadirkan sosok Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla selaku narasumber.

Sebagai perguruan tinggi kebanggaan Nahdlatul Ulama (PTNU), Unisma terus berbenah. Tidak hanya secara fisik, namun juga memperkuat pemahaman agamanya, terhadap akhlak aswaja berlandaskan katakter An-Nadhdliyah. Sebab itu, kajian rutin ini disambut khitmad dan antusias seluruh sivitas akademika Unisma.

“Terima kasih pada teman-teman Unisma yang mengundang saya hadir di Mbalah Aswaja untuk kedua kalinya. Insyaallah dengan Mbalah Aswaja atau mendalami aswaja dan mendiskusikan isu di dalam aswaja akan memperkokoh aqidah kita dan iman kita sesuai Ahlussunnah wal Jama’ah,” kata KH Ulil Abshar Abdalla.

Gus Ulil, sapaannya melanjutkan, umat Islam di dunia terbagi kedalam dua kelompok yakni kelompok besar dan kecil. Dalam kelompok besar yang mendominasi ialah kelompok Aswaja.

Maka, penting mempelajari aqidah aswaja tidak hanya melalui Al-Qur’an dan hadits, namun harus memiliki dengan pegangan dan panutan. Pegangan tersebut terus mengacu sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

“Ibarat keterampilan, agama tidak bisa dipelajari dengan otodidak. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW, ‘sholatlah sebagaimana Anda melihat saya (kalian) melihat saya salat,’,” tuturnya.

“Sehingga sholat tidak bisa hanya dengan belajar dari youtube tapi harus melihat guru pernah sholat. Guru ini melihat gurunya salat, gurunya lagi melihat gurunya, terus sampai kepada Kanjeng Nabi. Itulah agama, itulah yang namanya sanad atau pegangan,” sambung Gus Ulil.

Ditambahkan Gus Ulil, Al-Qran dan Hadist diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat. Sahabat itu mengajarkan kepada para tabiin, tabiin mengajarkan kepada tabiit tabiin.

Selanjutnya diajarkan kepada ulama yang hidup setelahnya. Sebab itu, Aswaja memiliki keterkaitan langsung dengan Quran dan Hadist. “Quran dan hadis itu kita pahami melalui jalan yang dibangun oleh para ulama, karena itu,” tambahnya.

Lebih jauh, dalam Islam juga diketahui memiliki 4 mazhab. Mazhab itu, ibarat sungai kecil yang berasal dari mata air yang sama. Hal ini menjadi cerminan keindahan Islam. “Indahnya Islam dapat terlihat dari hal itu karena ada satu mata air dengan banyak sungai,” tukasnya.

sumber : tugujatim