Profil Siti Nur Azizah, Putri Wapres Alumni FH Unisma

Siti Nur Azizah, merupakan putri keempat Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin dan almarhumah Siti Churiyyah. Namun, barangkali tak banyak yang tahu bahwa sosok perempuan ramah ini juga masuk dalam jajaran alumni Universitas Islam Malang (Unisma).

Lahir di Jakarta, pada 5 September 1972, Siti Nur Azizah mengawali pendidikan jenjang S-1 di Unisma Malang, Fakultas Hukum Prodi Ilmu Hukum. Saat itu, di tahun 1991 masih disebut Jurusan Hukum Perdata.

“Saya berkuliah S-1 tahun ‘91. Selesainya tahun ‘94 dan wisuda ‘95. Memang saat masuk kuliah kebetulan Jurusan Fakultas Hukum dulu jurusannya Hukum Perdata. Masuk pertengahan tahun perkuliahan sekitar semester tiga berubah menjadi Prodi Ilmu Hukum,” ujarnya.

Sembari menerawang masa lalu, Siti bercerita bahwa mengenyam pendidikan di Malang adalah pengalaman yang teramat berkesan. “Saya dari Jakarta lalu kuliah di Malang itu pasti sesuatu yang berkesan, saya sangat excited (bersemangat). Suasananya tenang, udaranya juga sejuk,” jelasnya.

Terlebih, saat itu suasana perkuliahan dan bangunan gedung Unisma belum seperti sekarang. Menceritakannya membuat Siti bernostalgia. “Dulu FH itu di Dinoyo sebelah timur, bukan sebelah barat. Sekarang sudah RSI. Kesannya waktu itu tenang, penuh kekeluargaan, persaudaraan terbangun kuat di Unisma. Pengalaman yang luar bisa,” bebernya.

Menjadi putri salah seorang tokoh ulama NU, membuat ibu lima anak ini memiliki pertimbangan tersendiri dalam memilih institusi pendidikan yang akan jadi almamaternya. Termasuk, Unisma.

“Kebetulan Unisma merupakan PTNU yang cukup prestise ya saat itu, kemudian abah saya adalah ulama NU, sehingga beliau ajak saya ke Malang dan memilih memasukkan saya di universitas NU supaya tersambung nasab ideologis NU-nya di sana,” terang perempuan yang juga tergabung dalam IKA-Unisma itu.

Di Unisma, Siti banyak menuntut ilmu untuk membangun metodologi berfikir, kemampuan menganilisis, kebangsaan yang didasari dengan nilai-nilai Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah (Aswaja).

“Unisma adalah perguruan tinggi yang meletakkan dasar-dasar Aswaja yang kuat. Apa yang dipelajari di Unisma saat itu saya rasakan sekarang, terutama landasan Aswaja yang betul-betul ditanamkan di level mahasiswa pada saat itu,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga belajar mengasah kemampuan leadership melalui berbagai program dan aktivitas. Alhasil, ia menjadi pribadi yang percaya diri dan tidak merasa canggung saat harus berada di tengah-tengah kalangan yang notabene memiliki latar belakang bermacam-macam.

“Kemampuan leadership itu betul-betul dilatih saat itu, seperti di pondok, dilakukan kajian-kajian, belajar ngaji, diskusi, itu dilakukan dan basisnya Masjid Ainul Yaqin, tidak hanya di kampus tapi di luar (kampus). Dampaknya terasa sekali sampai sekarang dan itu luar biasa,” imbuhnya,

Artinya, tambah Siti, apa ditanamkan di Unisma menjadi bekal untuknya terus belajar dan berkembang. “Tentu juga bersifat tawadu karena itu dasar apa yang diajarkan dalam Aswaja dari kalangan santri, bagaimana mampu beradaptasi terus belajar dan belajar,” tukasnya,

Ke depan, ia berharap Unisma mampu menjadi prototype PTNU yang belandaskan nilai Aswaja, kebangsaan, pancasila, serta mampu berkompetisi sekaligus beradaptasi dengan kemajuan global sebagai World Class University.

“Saya harap Unisma betul-betul menjadi role model yang bisa dicontoh semua PTNU sehingga saya melihat peran NU tidak hanya di level nasional namun juga internasional. Kita harus tetap optimis karena banyak ulama, ustad, di Unisma yang memumpuni dalam upaya untuk ikut mengakselerasi Unisma menjadi World Class University,” tutup Siti.

sumber : tugumalang