MALANG – Kementerian Kesehatan BEM Unisma Malangberkolaborasi dengan HIMA PD FK Unisma gelar talk show mengenai isu, hoax, serta konspirasi Covid-19 bersama tenaga medis secara virtual dalam ruang zoom meeting.
Pakar kesehatan yang dipilih yakni Kepala Clinical Education Unit Fakultas Kedokteran Unisma Malang dan ketua 3 Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama, Dr. H. R. M. Hardadi Airlangga, Sp.PD.
Ruang diskusi tersebut cukup menarik, pasalnya para peserta melontarkan banyak pertanyaan pelik tentang konspirasi Covid-19. Akan tetapi, seluruh pertanyaan tersebut selalu disinggah oleh pakar kesehatan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
“Sangat tidak benar, hampir 70% pasien di Indonesia ditanggung BPJS, tenaga medis mengusahakan pengobatan terjangkau dengan hasil terbaik bagi pasien,” terang Hardadi menampik pernyataan Covid-19 hanya ladang keuntungan tenaga medis.
Sementara itu, pertanyaan lain mengenai prosedur klasterisasi Covid-19 serta hasil swab yang lama bagi rakyat biasa turut andil mewarnai diskusi.
“Dalam menentukan, dilakukan pengamatan berjenjang oleh Nakes untuk pengklasteran. Biaya swab memang mahal karena alat PCR sedikit dan yang punya keahlian di bidang tersebut juga sedikit. Bisa juga petugas kewalahan karena banyak yang harus ditangani,” sanggah Hardadi dalam talk show tersebut, Sabtu (24/10/2020).
Dirinya menimpali pertanyaan mengapa pasien dengan gejala tidak berat tetap harus masuk rumah sakit. Sebab, apabila gejala ringan hingga sedang dan memerlukan isolasi ketat, maka diharuskan diisolasi di rumah sakit.
“Pasien yang dirawat berdasarkan persetujuan ‘informconsent’. Selain itu, pemerintah menyediakan safe house untuk OTG yang sulit melakukan isolasi mandiri dan pasien rumah sakit yang sudah membaik, jelas Dosen fakultas Kedokteran Unisma Malang itu.
Selain itu, stigma buruk sudah mewabah di kalangan masyarakat, terutama pengguna aktif yang berselancar bebas di berbagai media sosial. Tenaga medis menyikapi stigma terhadap pasien Covid-19 dengan tidak mengucilkan dan meyakinkan masyarakat bahwa suspek itu baik-baik saja.
Dr. H. R. M. Hardadi Airlangga, Sp.PD., menyatakan bahwa jangan terpacu pada angka dalam penanganan Covid-19. Hal ini menimbulkan kecemasan sosial yang berdampak buruk bagi kesehatan mental masyarakat.
“Mematuhi protokol kesehatan dalam rangka melindungi orang lain dan menjaga agar diri kita tidak tertular. Dijadikan gaya hidup dan berusaha maksimal untuk menjaga orang-orang sekitar tetap sehat,” pesan Hardadi mengakhiri diskusi. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Pewarta: Zahwa, Biro Jurnalistik Kemenkominfo BEM Universitas Islam Malang (UNISMA).
Sumber : https://www.timesindonesia.co.id/read/news/305849/kemenkes-bem-unisma-malang-gandeng-hima-pd-fk-unisma-bahas-isu-hoaks-dan-konspirasi-covid19