Ingin Belajar Menjadi Penyair, Belajarlah Ke Alumni Unisma Ini

Ingin Belajar menjadi Penyair, belajarlah ke Alumni Unisma iniIngin Belajar menjadi Penyair, belajarlah ke Alumni Unisma ini

 

Inspirator! Lazimnya di Indonesia istilah Go International hanya disematkan untuk orang yang bergelut di bidang hiburan saja, seperti penyanyi atau artis. Padahal, diberbagai bidang lain putra-putri Indonesia engga kalah harum namanya di dunia internasional. Contohnya saja sastra. Sastra? Alumni Unisma lagi, siapa? Yuk, kita simak!

Adalah Drs. Akaha Taufan Aminudin merupakan alumni Universitas Islam Malang, beliau tercatat sebagai mahasiswa pada tahun 1985 pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, mengakhiri masa pendidikannya pada tahun 1990

Pria kelahiran Batu, Jawa Timur  pada 26 April 1963 dari pasangan Alm. Drs. Misnadin As’ary dan Alm. Rr. Binti Aminah, lahir sebagai anak kedua dari enam bersaudara, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan dunia sastra secara tidak disengaja. sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya.. Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama sudah aktif mengisi dan menulis di Majalah Dinding dan sebagai ketua Osis atau ketua PPTS (Persatuan Pemuda Taman Siswa), Saat ini beliau tergabung dalam Himpunan Penulis Pengarang dan Penyair Nusantara (HP3N).

Karya-karyanya berupa artikel, essay, puisi dan sudah dipublikasikan dimuat dikoran terbitan Surabaya, Surya, Singgalang, Swadesi, Minggu Pagi, Mimbar, Nusa Tenggaara Post, Analisa, Bhirawa, Majalah You Inc, Taruna Baru, Karya Dharma, Simponi, Majalah Variasi Malaysia, Majalah Keluarga Malaysia dan berbagai media cetak lainnya.

Selama pengabdiannya di dunia sastra, sudah banyak karya yang ditelorkannya, antara lain: Negeri Korupsi Tanpa Basa-Basi, Dekap-Dekaplah Jepang, Batu Kota Wisata, Kulihat Wajah Ibu, Terbang Tinggi Dan Pergi Abadi. Antologi Puisi Kemerdekaan (Studio Sastra Kreatif Batu), Antologi Puisi ‘Janji Abadi’ (Studio Sastra Kreatif Batu), Antologi ‘Sajak Cinta Lima Sosok’ (Forum Dialog Sastra Batu), Antologi Puisi ‘Derap’ HP3N Jatim (diterbitkan HP3N Studio Sastra Batu), antologi puisi XII Program Persahabatan Indonesia Amerika (PPIA) Surabaya. Antologi Puisi ‘Kebangkitan Nusantara” (Studio Sastra Kreatif Batu). Antologi Puisi ‘Kebangkitan Nusantara II’ (Studio Sastra Kreatif Batu), Antologi Puisi ‘BANGKIT III’ (Studio Sastra Kreatif Batu,), Antologi Puisi ‘Sempalan’ (Komunitas Sastra Malang,), Antologi Puisi ‘Nuansa Hijau” (Bunga Rampai, Bogor,), Antologi Puisi ‘Refleksi Setengah Abad Indonesia’ (Taman Budaya Surakarta Solo), buku puisi ‘Dari Negeri Poci 3’ (Penerbit Tiara Jakarta,), Buku Puisi ‘Luka di Atas Luka’ (diterbitkan Pustaka Pelajar Jogjakarta dan Aveross,).

Bahkan yang tak kalah fenomenal, karyanya diabadikan dalam sebuah buku puisi dan diterbitkan oleh amazon.com yang merupakan sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Seattle, Washington  Amerika Serikat. Puisinya dicetak dalam dua bahasa Inggris Indonesia yaitu: Along Rocky Path, Tokyo (Sepanjang Jalan Batu Tokyo), Pay For Pain The Flag (Membayar Derita Mengibarkan Bendera), The City Faces (Wajah-wajah Kota), A Cup Of Tea In Tokyo (Secangkir The Di Tokyo), Move In Sakura (Aku Bergerak Di Sakura), Wounds on Wounds ( Luka Di Atas Luka)

Buku lainnya, “Jangan Biarkan Tanahku Hilang” (Penerbit Kayu Tangan Malang), ”Akulah Musi” Antologi Puisi Pertemuan Penyair Nusantara.V-Palembang (Penerbit Dewan Kesenian Sumatera Selatan), Seri Dokumentasi Sastra Antologi Puisi Pendhapa 14 Requiem bagi Rocker  (diterbitkan Taman Budaya Jawa Tengah bekerjasama dengan Forum Sastra Surakarta), Merindu Rasul dalam Sajak (Penerbit Seruni).

Biografi Akaha juga tercantum dalam Buku Pintar Sastra Indonesia yang dieditori oleh Pamusuk Eneste dan diterbitkan Kompas, Jakarta (Mei 2001). Biografi Akaha juga ada dituliskan dalam Leksikon Susastra Indonesia yang dieditori oleh Korrie Layun Rampan dan diterbitkan Balai Pustaka, Jakarta (2000).

Akaha Pernah membacakan karya puisinya di beberapa kota, antara lain Lamongan, Blitar, Ngawi, Malang, Sidoarjo, Surabaya, Surakarta, dan Jakarta. “Saya juga mampir ke rumah Iwan Fals berbincang masalah kritik social, dan menemui A.Riyanto seorang pencipta lagu yang terkenal dan ramah saya diterima dengan baik. Srimulat juga menerima saya dengan baik diantaranya Tarsan, Timbul, Nurbuat, Rohana dan di undang khusus menikmati rujak cingur Oleh mendiang Asmuni”. Kisah Akaha mengenai perjalanan panjangnya.

Pada Program Persahabatan Abad XXI Indonesia Jepang, Asean Component di Jepang selama satu bulan diundang membacakan karya puisinya, antara lain di kota Tokyo, Shizuoka, dan Hiroshima. 200 judul puisinya juga pernah dibedah dan dibahas di Vemy University, Perancis.

Sederet penghargaan pun juga diraihnya, antara lain menjadi pemenang dalam lomba cipta puisi tingkat nasional yang diadakan HS Wanra Sidoarjo dengan judul puisi “Janji Abadi”, dan “Jiwa Bangsa Indonesia”. Menjadi juara pertama Lomba Cipta Puisi Indonesia Emas yang diselenggarakan oleh Majalah You Inc., Jakarta. Puisinya “Luka di Atas Luka” merupakan juara pertama lomba tingkat nasional yang diselenggarakan Organisasi Sahabat Pena Indonesia (OSPI), Jakarta.

Perjalanan keliling Jawa-Bali selama 4 (empat) bulan dengan mengunjungi 40-an kota dan mengunjungi seniman ibu kota membawa bendera kampus Unisma  bertajuk “Unisma Getar Kehidupanku, Getar Kehidupan Negeriku”. kenang Akaha saat ditanya kesan-kesan semasa kuliah di Unisma dulu, dan kemudian beliau berpesan untuk generasi saat ini “semangat berkarya dimasa muda, proses jati diri harus ditempuh agar hidup penuh makna”

Akaha mendo’akan semoga Unisma menjadi Perguran Tinggi yang turut membangun Indonesia dan dunia dalan segala sektor “hanya keberanian dan kesungguhan yang mengantar kesuksesan” imbuhnya.