Prof Djoko Saryono: Merdeka Belajar itu Sudah Lama

Prof Djoko Saryono: Merdeka Belajar itu Sudah Lama

Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd menyampaikan bahwa merdeka belajar itu sudah lama ada. Jabaran tentang konsep ini disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Prodi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Malang. Guru Besar Universitas Negeri Malang tersebut memaparkan pentingnya konsep merdeka belajar menurut pakar-pakar teori pendidikan.

Seminar Nasional dengan tema “Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bebasis Fleksibilitas Merdeka Belajar pada Era Digital”. Pemateri lainnya pada seminar ini yakni yakni Dr. Nur Fajar Arief, M.Pd yang dimoderatori langsung oleh Dr. Akhmad Tabrani, M.Pd. Sedangkan Prof. Djoko dimoderatori oleh Dr. Ari Ambarwati, SS, M.Pd.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kegiatan yang berlangsung pada 14 Maret 2020 tesebut lancar. Para peserta yang terdiri dari mahasiswa strata 1, strata 2, alumni, guru dan umum ini memenuhi hall Abdurrahman Wahid di gedung Ali Bin Abi Tholib lantai 7 Unisma. Sejak pagi mulai pukul 08.30 peserta turut berdatangan dengan antusias.

Merdeka Belajar Menurut para Pakar

Ide tentang merdeka belajar sudah banyak, misalnya tahun John Dewey pada tahun 1939 menulis buku dengan judul “Freedom and Culture”. Bahkan, Carl Roger sudah menulis tentang  Merdeka Belajar “Freedom of Learn for the 80’s”. Buku bertajuk “Freedom to Learn” juga ditulis oleh Will Richardson, seorang ahli teknologi pembelajaran.

Paulo Freire juga mempertanyakan konsep medeka. Freire mengajukan 2 pertanyaan dasar, pertama, mengapa kita perlu kemerdekaan belajar? Kedua, Apakah kita masih mengalami keterjajahan belajar? Paulo Freire juga membangun paradigma kritis ini dalam buku yang berjudul “Education For Liberation”.

Bagaimana Konsepsi kemerdekaan dalam belajar? Merdeka belajar adalah kondisi seimbang antara “merdeka dari” dan “merdeka untuk”. Menurut Prof. Djoko, untuk mencapai merdeka belajar perlu prakondisi yang mendukung proses belajar yang dimaksud. Menurut Prof. Joko Saryono kondisi yang harus disiapkan sebelum menggunakan “metode merdeka belajar” terdiri dari Kebebasan Belajar, Kemandirian/Otonomi Belajar, Keberanian Belajar dan kegairahan, serta kegemaran belajar.

INFORMASI SEPUTAR PASCASARJANA UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Merdeka belajar hanya bisa hidup dalam ekosistem yang terbuka, inklusif, multi-arah dan terintegrasi. Medeka belajar didukung seluruh komponen mencakup: tenaga pendidik, sumber belajar, proses belajar, guru dan murid.  Sekolah/madrasah yang merdeka mampu menjadi lingkungan merdeka belajar, ruang merdeka belajar dan sumber belajar.

Merdeka Belajar dalam tantangan Praktis

Dr. Nur Fajar Arief menyampaikan tantangan pembelajaran di era 4.0. “di era ini pembelajaran perlu merujuk tentang pembelajaran Abad 21, di antaranya: critical thinking, creative, collaboration dan comunication”.  Beberapa aturan pemendikbud juga disempurnakan dengan mempertimbangkan konsep 4C ini memperinci butir aturan di dalamnya.

Dalam pembelajaran beliau menyampaikan  perubahan pada pembelajaran kolaboratif dan pembelajaran saintifik.  misalnya perincian tahap mengamati pada pembelajaran 5 M. Dalam mengamati dapat di rinci menjadi melihat, menyimak, mengamati dengan seksama. Dengan leveling ini, diharapkan mampu memberi asesmen yang lebih terukur untuk memberi penilaian.

Dukungan dari Rektor

Kegiatan ini didukung penuh oleh pimpinan UNISMA, Rektor Unisma Prof. Dr. H. Maskuri, M.Si menyatakan bahwa sebelum adanya kebijakan merdeka belajar dicetuskan, Rektor PTN dan PTS ikut diminta pertimbangan.

Tantangan pendiidikan di era kini sangat banyak, salah satu di antaranya, semisal ketidakhadiran guru di kelas justru membuat siswa senang.  Sehinga konsep merdeka belajar sangat penting untuk diaplikasikan sehingga mengarahkan pembelajaran efektif. (AL/PPS)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id